Friday, December 12, 2008

Must-Read for Ladies : Why Women Has to Work

Nyokap gue selalu menekankan pada gue bahwa kelak, sesudah gue selesai kuliah, gue harus bekerja. Despite the fact bahwa gue akan dihidupi oleh suami gue, gue tetap harus berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).

Dan kasus di bawah ini menjadi alasan yang sangat logis why women has to work, despite the fact that the husband works too.

Alkisah there was a woman named X yang baru ditinggal mati suaminya yang bunuh diri. Musibah yang menimpa X bukan cuma ditinggal mati suaminya. Mari kita lihat options di bawah ini.

Paket A : suami mati bunuh diri+cicilan rumah belum lunas
Paket B : suami mati bunuh diri+utang kartu kredit menggunung
Paket C : suami mati bunuh diri+tidak ada pekerjaan+tabungan tinggal US$72
Paket D : suami mati bunuh diri+tidak ada asuransi
Paket E : Paket combo A+B+C+D

Manakah jawaban yang benar?

Tepat, paket E.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa X ditinggal mati suaminya bunuh diri dalam keadaan cicilan rumah belum lunas, utang kartu kredit menggunung, tidak punya pekerjaan, tabungan tinggal US$72, dan tidak ada asuransi.

This is hell, for real.

Oh ya, gue lupa menambahkan bahwa X ini punya 4 anak.

Mungkin lo semua bingung, kenapa X bisa segini menderitanya?

Jadi gini, suami X ini adalah seorang yang abusive. X tidak di-abuse secara fisik sih, tetapi lebih ke mental. He kept saying that his wife is stupid, he kept saying that whatever she does is wrong, pokoknya suaminya si X selalu merendahkan X seolah-olah X bener-bener tolol, ngga punya otak, dan tidak capable dalam hal apapun. Akibatnya adalah X tidak bekerja dan tidak punya hak atas uang atau apapun selama mereka menikah.
Ketika suaminya X sadar bahwa dirinya terlilit utang, dia stress, dan akhirnya bunuh diri. Dia sudah memperhitungkan segala sesuatunya untuk membuat X menderita, yaitu dengan memutus asuransi ngga lama sebelum dia bunuh diri sehingga X ngga akan dapat tunjangan apapun setelah dia bunuh diri nanti.

Gila ngga tuh?

Jadilah X orang paling miserable se-dunia (versi gue).

Nah, apa yang bisa kita petik dari kasus ini?

Wahai para wanita, kalian harus independent. Jangan sepenuhnya bergantung pada suami. Ok, memang suami lo adalah kepala keluarga, pencari nafkah yang utama, tetapi tidak berarti lo harus menggantungkan segala sesuatu pada suami lo. Lo juga harus bisa mandiri.
Ingat, berdikari! Berdiri di atas kaki sendiri.
And remember, lo juga punya hak atas harta dalam perkawinan.

Andaikan X tetap bekerja dan bisa mempertahankan hak-hak yang memang sudah seharusnya dia punya, pasti dia ngga akan se-suffer ini ketika suaminya mati bunuh diri. Andaikan dia tetap bekerja, pasti dia punya tabungan sendiri dan penghasilan sendiri yang bisa dia pakai untuk membiayai hidupnya dan hidup anak-anaknya yang masih pada bocah itu.

This is based on true story, by the way.
So, ladies, please learn from this woman so you won't make the same mistake like she did.

Wahai para lelaki, gue tidak bermaksud merendahkan kalian atau menganggap remeh kalian. Tidak sama sekali. Gue hanya ingin berbagi dan mungkin sedikit mengingatkan, tolong hargai istri kalian juga. Jangan pernah meng-abuse istri kalian. Gue yakin, jika kalian bisa respect terhadap ibu kalian, kalian juga bisa respect istri kalian.

Berbagilah tentang cerita ini kepada teman-teman kalian agar mereka dapat memetik hikmah dari cerita ini.

Tuesday, December 2, 2008

Meniru Buku yang Sangat Laku dengan Harapan Akan Menjadi Laku Juga

Gue rasa kalian sudah baca, atau setidaknya tahu, tentang buku The Secret karangan Rhonda Byrne.

Jangan berharap gue akan menulis sinopsis buku tersebut. Blog ini bukan untuk mengulas buku.

Apa yang akan gue bahas adalah dampak buku tersebut terhadap dunia penerbitan di Indonesia.

Gue rasa kalian ingat, atau setidaknya tahu, cover depan buku The Secret.

Nah, sesudah buku tersebut terbit, BANYAAAAAAAAAAAKKKKKK sekali buku lain yang terbit dengan cover yang mirip.
Bahkan, judulnya mirip.
In fact...judulnya cukup mengambil judul The Secret itu sendiri.

Misalnya :
The Secret of Al Qur'an
The Secret of Ikhlas
The Secret of ..........
dst
dst

Satu komentar dari gue : M E N Y E D I H K A N.

Hal ini menguatkan fakta bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa dengan mental fotokopi.

Emang penulis-penulis tersebut ngga punya konsep lain untuk design dan judul buku? Kenapa sih ngga meng-create something new yang fresh from their own brains? Kenapa harus mengikuti karya orang lain sih?

Duh, menyedihkan. Memalukan. Sangat tidak kreatif.

Ngga percaya? Sana pergi ke toko buku, cari sendiri berapa banyak buku yang cover depannya mirip dengan The Secret karangan Rhonda Byrne. Cari berapa banyak buku yang judulnya pake kata "The Secret".

Salah satu mata kuliah di universitas gue mengharuskan para mahasiswanya untuk bekerja dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan satu pemicu masalah yang sama, lalu setiap kelompok diharuskan membuat definisi masalah dari permasalahan yang ingin mereka angkat dengan syarat definisi masalah tersebut harus tetap ada kaitannya dengan pemicu.
Selama hampir satu semester, gue tidak pernah melihat kelompok-kelompok yang ada di kelas gue mengangkat satu permasalahan yang sama.
Dengan adanya banyak kepala, otomatis banyak ide kreatif bermunculan, itulah yang menimbulkan keragaman.

Dengan adanya banyak penulis, seharusnya ada banyak konsep design buku, ada banyak konsep judul buku.
Mungkin mereka tidak kreatif. Mungkin juga mereka hanya memikirkan keuntungan penjualan buku milik mereka sehingga mereka meniru buku yang sangat laku dengan harapan buku mereka akan menjadi laku juga.

Duh, bangsaku..........