Nyokap gue selalu menekankan pada gue bahwa kelak, sesudah gue selesai kuliah, gue harus bekerja. Despite the fact bahwa gue akan dihidupi oleh suami gue, gue tetap harus berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Dan kasus di bawah ini menjadi alasan yang sangat logis why women has to work, despite the fact that the husband works too.
Alkisah there was a woman named X yang baru ditinggal mati suaminya yang bunuh diri. Musibah yang menimpa X bukan cuma ditinggal mati suaminya. Mari kita lihat options di bawah ini.
Paket A : suami mati bunuh diri+cicilan rumah belum lunas
Paket B : suami mati bunuh diri+utang kartu kredit menggunung
Paket C : suami mati bunuh diri+tidak ada pekerjaan+tabungan tinggal US$72
Paket D : suami mati bunuh diri+tidak ada asuransi
Paket E : Paket combo A+B+C+D
Manakah jawaban yang benar?
Tepat, paket E.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa X ditinggal mati suaminya bunuh diri dalam keadaan cicilan rumah belum lunas, utang kartu kredit menggunung, tidak punya pekerjaan, tabungan tinggal US$72, dan tidak ada asuransi.
This is hell, for real.
Oh ya, gue lupa menambahkan bahwa X ini punya 4 anak.
Mungkin lo semua bingung, kenapa X bisa segini menderitanya?
Jadi gini, suami X ini adalah seorang yang abusive. X tidak di-abuse secara fisik sih, tetapi lebih ke mental. He kept saying that his wife is stupid, he kept saying that whatever she does is wrong, pokoknya suaminya si X selalu merendahkan X seolah-olah X bener-bener tolol, ngga punya otak, dan tidak capable dalam hal apapun. Akibatnya adalah X tidak bekerja dan tidak punya hak atas uang atau apapun selama mereka menikah.
Ketika suaminya X sadar bahwa dirinya terlilit utang, dia stress, dan akhirnya bunuh diri. Dia sudah memperhitungkan segala sesuatunya untuk membuat X menderita, yaitu dengan memutus asuransi ngga lama sebelum dia bunuh diri sehingga X ngga akan dapat tunjangan apapun setelah dia bunuh diri nanti.
Gila ngga tuh?
Jadilah X orang paling miserable se-dunia (versi gue).
Nah, apa yang bisa kita petik dari kasus ini?
Wahai para wanita, kalian harus independent. Jangan sepenuhnya bergantung pada suami. Ok, memang suami lo adalah kepala keluarga, pencari nafkah yang utama, tetapi tidak berarti lo harus menggantungkan segala sesuatu pada suami lo. Lo juga harus bisa mandiri.
Ingat, berdikari! Berdiri di atas kaki sendiri.
And remember, lo juga punya hak atas harta dalam perkawinan.
Andaikan X tetap bekerja dan bisa mempertahankan hak-hak yang memang sudah seharusnya dia punya, pasti dia ngga akan se-suffer ini ketika suaminya mati bunuh diri. Andaikan dia tetap bekerja, pasti dia punya tabungan sendiri dan penghasilan sendiri yang bisa dia pakai untuk membiayai hidupnya dan hidup anak-anaknya yang masih pada bocah itu.
This is based on true story, by the way.
So, ladies, please learn from this woman so you won't make the same mistake like she did.
Wahai para lelaki, gue tidak bermaksud merendahkan kalian atau menganggap remeh kalian. Tidak sama sekali. Gue hanya ingin berbagi dan mungkin sedikit mengingatkan, tolong hargai istri kalian juga. Jangan pernah meng-abuse istri kalian. Gue yakin, jika kalian bisa respect terhadap ibu kalian, kalian juga bisa respect istri kalian.
Berbagilah tentang cerita ini kepada teman-teman kalian agar mereka dapat memetik hikmah dari cerita ini.
Friday, December 12, 2008
Tuesday, December 2, 2008
Meniru Buku yang Sangat Laku dengan Harapan Akan Menjadi Laku Juga
Gue rasa kalian sudah baca, atau setidaknya tahu, tentang buku The Secret karangan Rhonda Byrne.
Jangan berharap gue akan menulis sinopsis buku tersebut. Blog ini bukan untuk mengulas buku.
Apa yang akan gue bahas adalah dampak buku tersebut terhadap dunia penerbitan di Indonesia.
Gue rasa kalian ingat, atau setidaknya tahu, cover depan buku The Secret.
Nah, sesudah buku tersebut terbit, BANYAAAAAAAAAAAKKKKKK sekali buku lain yang terbit dengan cover yang mirip.
Bahkan, judulnya mirip.
In fact...judulnya cukup mengambil judul The Secret itu sendiri.
Misalnya :
The Secret of Al Qur'an
The Secret of Ikhlas
The Secret of ..........
dst
dst
Satu komentar dari gue : M E N Y E D I H K A N.
Hal ini menguatkan fakta bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa dengan mental fotokopi.
Emang penulis-penulis tersebut ngga punya konsep lain untuk design dan judul buku? Kenapa sih ngga meng-create something new yang fresh from their own brains? Kenapa harus mengikuti karya orang lain sih?
Duh, menyedihkan. Memalukan. Sangat tidak kreatif.
Ngga percaya? Sana pergi ke toko buku, cari sendiri berapa banyak buku yang cover depannya mirip dengan The Secret karangan Rhonda Byrne. Cari berapa banyak buku yang judulnya pake kata "The Secret".
Salah satu mata kuliah di universitas gue mengharuskan para mahasiswanya untuk bekerja dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan satu pemicu masalah yang sama, lalu setiap kelompok diharuskan membuat definisi masalah dari permasalahan yang ingin mereka angkat dengan syarat definisi masalah tersebut harus tetap ada kaitannya dengan pemicu.
Selama hampir satu semester, gue tidak pernah melihat kelompok-kelompok yang ada di kelas gue mengangkat satu permasalahan yang sama.
Dengan adanya banyak kepala, otomatis banyak ide kreatif bermunculan, itulah yang menimbulkan keragaman.
Dengan adanya banyak penulis, seharusnya ada banyak konsep design buku, ada banyak konsep judul buku.
Mungkin mereka tidak kreatif. Mungkin juga mereka hanya memikirkan keuntungan penjualan buku milik mereka sehingga mereka meniru buku yang sangat laku dengan harapan buku mereka akan menjadi laku juga.
Duh, bangsaku..........
Jangan berharap gue akan menulis sinopsis buku tersebut. Blog ini bukan untuk mengulas buku.
Apa yang akan gue bahas adalah dampak buku tersebut terhadap dunia penerbitan di Indonesia.
Gue rasa kalian ingat, atau setidaknya tahu, cover depan buku The Secret.
Nah, sesudah buku tersebut terbit, BANYAAAAAAAAAAAKKKKKK sekali buku lain yang terbit dengan cover yang mirip.
Bahkan, judulnya mirip.
In fact...judulnya cukup mengambil judul The Secret itu sendiri.
Misalnya :
The Secret of Al Qur'an
The Secret of Ikhlas
The Secret of ..........
dst
dst
Satu komentar dari gue : M E N Y E D I H K A N.
Hal ini menguatkan fakta bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa dengan mental fotokopi.
Emang penulis-penulis tersebut ngga punya konsep lain untuk design dan judul buku? Kenapa sih ngga meng-create something new yang fresh from their own brains? Kenapa harus mengikuti karya orang lain sih?
Duh, menyedihkan. Memalukan. Sangat tidak kreatif.
Ngga percaya? Sana pergi ke toko buku, cari sendiri berapa banyak buku yang cover depannya mirip dengan The Secret karangan Rhonda Byrne. Cari berapa banyak buku yang judulnya pake kata "The Secret".
Salah satu mata kuliah di universitas gue mengharuskan para mahasiswanya untuk bekerja dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan satu pemicu masalah yang sama, lalu setiap kelompok diharuskan membuat definisi masalah dari permasalahan yang ingin mereka angkat dengan syarat definisi masalah tersebut harus tetap ada kaitannya dengan pemicu.
Selama hampir satu semester, gue tidak pernah melihat kelompok-kelompok yang ada di kelas gue mengangkat satu permasalahan yang sama.
Dengan adanya banyak kepala, otomatis banyak ide kreatif bermunculan, itulah yang menimbulkan keragaman.
Dengan adanya banyak penulis, seharusnya ada banyak konsep design buku, ada banyak konsep judul buku.
Mungkin mereka tidak kreatif. Mungkin juga mereka hanya memikirkan keuntungan penjualan buku milik mereka sehingga mereka meniru buku yang sangat laku dengan harapan buku mereka akan menjadi laku juga.
Duh, bangsaku..........
Friday, November 21, 2008
Curhat Colongan : Apakah Muka Dapat Mencerminkan Agama Seseorang?
Saat ini gue lagi kuliah dan gue ingin curhat colongan tentang apa yang terjadi pada gue di kampus hari ini.
Seorang teman bertanya, " Val, agama lo apa sih? "
Gue mengernyit dan merespons, " Emang kenapa? "
" Katanya lo Islam ya? " teman gue bertanya.
" Kata siapa? " gue makin mengernyit.
Lalu teman gue itu menyebut nama teman lainnya.
Gue cuma, " Oooh.. "
Tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Teman gue bercerita tentang dirinya dan teman lainnya yang pernah memperbincangkan agama gue. Mereka bingung apa agama yang gue anut. Ada yang menduga gue Islam, karena gue pernah mengucapkan 'Assalamualaikum' (yang diartikan sebagai 'Selamat berdiskusi!' oleh salah satu dosen ternama di fakultas tetangga) dan gue juga pernah mengucapkan 'syukron' (yang artinya 'terima kasih'), tetapi dia ragu karena katanya muka gue adalah muka orang non-Islam.
Gue tertegun.
Bukan karena gue tersinggung gue dianggap non-Islam. Oh, itu sih sudah biasa. Ngapain juga gue tersinggung gara-gara masalah itu doang...
Gue tertegun karena bisa-bisanya mereka menyimpulkan agama yang dianut oleh seseorang hanya berdasarkan mukanya. Emang ada ilmu yang mengajarkan tentang menyimpulkan agama seseorang berdasarkan muka? Mau nebak agama orang pake apa? Jumlah kerut di jidat? Apa bentuk alis? Give me a break, nyet!
That is so ridiculous.
Yang membuat gue tertegun juga, emangnya klo seseorang bilang 'Assalamualaikum' atau 'syukron', orang itu udah pasti Islam? Gue punya teman, dua orang; yang satu Kristen, satu lagi Agnostik. Yang Agnostik nanya, " Lu masih hafal syahadat? " dan yang Kristen menjawab, " Alhamdulillah, masih.. ".
Ok, despite the fact bahwa perbicangan mereka memang agak-agak nyeleneh, tetapi itu membuktikan bahwa hanya karena ngomong 'Alhamdulillah' atau kata-kata Arab lainnya, bukan berarti dia beragama Islam kan. Itu cuma masalah bahasa. Ketika gue ngomong 'Assalamualaikum', kan sama aja kayak gue ngomong 'Tuhan memberkati' (kata teman yang duduk di sebelah gue saat ini, 'Assalamualaikum' kurang lebih artinya 'Semoga rahmat dan berkah Allah besertamu').
Akhirnya gue hanya bisa tersenyum.. Heran sendiri kenapa agama yang gue anut bisa menjadi perbincangan beberapa teman kampus.. Heran sendiri kenapa ada orang yang bisa menyimpulkan agama seseorang hanya dari muka.. Heran sendiri kenapa ada orang yang berpikiran sempit dan menjurus ke ridiculous seperti itu..
Anyway, gue masih bersyukur sih, setidaknya mereka tidak membicarakan pulpen merk apa yang gue pakai karena itu lebih tidak bermutu lagi..
Seorang teman bertanya, " Val, agama lo apa sih? "
Gue mengernyit dan merespons, " Emang kenapa? "
" Katanya lo Islam ya? " teman gue bertanya.
" Kata siapa? " gue makin mengernyit.
Lalu teman gue itu menyebut nama teman lainnya.
Gue cuma, " Oooh.. "
Tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Teman gue bercerita tentang dirinya dan teman lainnya yang pernah memperbincangkan agama gue. Mereka bingung apa agama yang gue anut. Ada yang menduga gue Islam, karena gue pernah mengucapkan 'Assalamualaikum' (yang diartikan sebagai 'Selamat berdiskusi!' oleh salah satu dosen ternama di fakultas tetangga) dan gue juga pernah mengucapkan 'syukron' (yang artinya 'terima kasih'), tetapi dia ragu karena katanya muka gue adalah muka orang non-Islam.
Gue tertegun.
Bukan karena gue tersinggung gue dianggap non-Islam. Oh, itu sih sudah biasa. Ngapain juga gue tersinggung gara-gara masalah itu doang...
Gue tertegun karena bisa-bisanya mereka menyimpulkan agama yang dianut oleh seseorang hanya berdasarkan mukanya. Emang ada ilmu yang mengajarkan tentang menyimpulkan agama seseorang berdasarkan muka? Mau nebak agama orang pake apa? Jumlah kerut di jidat? Apa bentuk alis? Give me a break, nyet!
That is so ridiculous.
Yang membuat gue tertegun juga, emangnya klo seseorang bilang 'Assalamualaikum' atau 'syukron', orang itu udah pasti Islam? Gue punya teman, dua orang; yang satu Kristen, satu lagi Agnostik. Yang Agnostik nanya, " Lu masih hafal syahadat? " dan yang Kristen menjawab, " Alhamdulillah, masih.. ".
Ok, despite the fact bahwa perbicangan mereka memang agak-agak nyeleneh, tetapi itu membuktikan bahwa hanya karena ngomong 'Alhamdulillah' atau kata-kata Arab lainnya, bukan berarti dia beragama Islam kan. Itu cuma masalah bahasa. Ketika gue ngomong 'Assalamualaikum', kan sama aja kayak gue ngomong 'Tuhan memberkati' (kata teman yang duduk di sebelah gue saat ini, 'Assalamualaikum' kurang lebih artinya 'Semoga rahmat dan berkah Allah besertamu').
Akhirnya gue hanya bisa tersenyum.. Heran sendiri kenapa agama yang gue anut bisa menjadi perbincangan beberapa teman kampus.. Heran sendiri kenapa ada orang yang bisa menyimpulkan agama seseorang hanya dari muka.. Heran sendiri kenapa ada orang yang berpikiran sempit dan menjurus ke ridiculous seperti itu..
Anyway, gue masih bersyukur sih, setidaknya mereka tidak membicarakan pulpen merk apa yang gue pakai karena itu lebih tidak bermutu lagi..
Thursday, November 20, 2008
Tuhan Itu Tidak Destruktif!
Beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh sebuah organisasi masyarakat (ormas) yang kelakuannya lebih alay daripada alay-alay kasta terendah karena mereka kerjaannya merusak, merusak, dan terus saja merusak. Ngga pernah sekalipun gue lihat mereka melakukan pekerjaan yang senang-menyenangkan. Selalu merugikan. Merusak. Ternyata memang otaknya udah pada rusak semua.
Pasti banyak orang yang kontra dengan eksistensi ormas tersebut, terutama jika melihat pengrusakan-pengrusakan yang mereka lakukan.
Betcha (pake gaya Sarah Palin).
Dan yang lebih menyebalkan lagi, mereka kerap kali merusak sambil meneriakkan "Allahu Akbar".
Merusak kok bawa-bawa nama Tuhan? Bikin malu.
Ngakunya berTuhan, tetapi kelakuan bahkan ngga lebih bagus dari binatang. Bikin malu.
Tuhan bercermin pada diri manusia. Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jadi tunjukkan cinta kasih dong! Refleksikan sifat-sifat cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari, bukannya malah merusak tempat bisnis orang!
Buat yang baca, ingat, lo adalah cermin Tuhan. Tuhan bercermin pada diri lo. Jadi, buang jauh perilaku merusak yang merugikan banyak pihak seperti yang gue siratkan di atas. Malu nyet, ngakunya berTuhan sama Yang Maha Pengasih tetapi kelakuan lo malah kontradiksinya.
Tuhan itu tidak destruktif. Lo kira alam rusak gara-gara Tuhan? Alam itu rusak gara-gara manusia ngga bisa merawat apa yang diberikan Tuhan!
Nah, cobalah berpikir. Pake otak ya, jangan pake dengkul.
Pasti banyak orang yang kontra dengan eksistensi ormas tersebut, terutama jika melihat pengrusakan-pengrusakan yang mereka lakukan.
Betcha (pake gaya Sarah Palin).
Dan yang lebih menyebalkan lagi, mereka kerap kali merusak sambil meneriakkan "Allahu Akbar".
Merusak kok bawa-bawa nama Tuhan? Bikin malu.
Ngakunya berTuhan, tetapi kelakuan bahkan ngga lebih bagus dari binatang. Bikin malu.
Tuhan bercermin pada diri manusia. Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jadi tunjukkan cinta kasih dong! Refleksikan sifat-sifat cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari, bukannya malah merusak tempat bisnis orang!
Buat yang baca, ingat, lo adalah cermin Tuhan. Tuhan bercermin pada diri lo. Jadi, buang jauh perilaku merusak yang merugikan banyak pihak seperti yang gue siratkan di atas. Malu nyet, ngakunya berTuhan sama Yang Maha Pengasih tetapi kelakuan lo malah kontradiksinya.
Tuhan itu tidak destruktif. Lo kira alam rusak gara-gara Tuhan? Alam itu rusak gara-gara manusia ngga bisa merawat apa yang diberikan Tuhan!
Nah, cobalah berpikir. Pake otak ya, jangan pake dengkul.
Thursday, October 30, 2008
Memaknai Lebaran
Lebaran tahun ini terasa berbeda bagi gue jika dibandingkan dengan lebaran-lebaran sebelumnya.
Gue baru menyadari bahwa gue, mungkin juga kalian dan beberapa orang lain, mulai kehilangan makna lebaran yang sesungguhnya.
Saling bermaafan pada saat lebaran hanya menjadi sebuah tradisi yang mendarah daging tanpa sesungguh-sungguhnya dimaknai.
"Minal aidin wal faidzin" terasa seperti kaset rusak yang terus diputar setahun sekali.
I don't find the point of "maaf lahir batin" anymore.
Itu cuma...basa-basi.
Basa-basi yang lama-lama terasa benar-benar basi.
Sebetulnya ini adalah pemikiran gue di hari pertama lebaran.
Dan ini semua dimulai di pagi hari, sesudah sholat Id.
Basically, gue adalah tipe orang yg tidak bergaul dengan tetangga-tetangga.
I barely know their names. I only recognize faces.
And all of the sudden, hanya karena lebaran, mesti maaf-maafan sama mereka?
I don't see them everyday. I don't even see them even once in a month.
I never participated in everything;17-an, tahun baru, arisan, you name it!
Tidak pernah ada komunikasi antara gue dengan tetangga-tetangga.
Untuk apa minta maaf?
Mereka tidak bikin salah apapun sama gue, apa yang harus dimaafkan?
Gue tidak bikin salah apapun sama mereka, kenapa gue harus minta maaf?
Ketika tidak tercipta suatu interaksi atau komunikasi apapun, mana mungkin ada kesalahan tercipta?
In addition, gue capek setiap tahun cuma denger kalimat-kalimat yang sama, yang lama-lama mulai terdengar seperti kaset rusak.
"Ya ampun, Valeska tinggi banget.."
"Valeska jadi model aja..."
and blahblahblah
Capek deh. Dari sekian tahun lalu juga ngomongnya itu terus. Persis kayak kaset rusak.
And oh by the way, lebaran 2008 ini ada pertanyaan baru,
"Valeska kuliah dimana?"
Dan gue bisa dengan bangga bilang "Hukum UI."
I wonder if I'll hear that kind of question for lebaran next year..
Because by the time people ask me that kind of question again, it's just way too late.
Ada satu hal lagi yang bikin gue agak pissed off.
Seseorang bertanya, "Ambil jurusan apa?"
Lalu gue menjawab, "Hukum."
Dan dia merespon, "Tumben ambil hukum."
Otak gue kembali mencerna kata-katanya.
"Tumben ambil hukum."
Ingin rasanya saat itu gue teriak, "WTF?!"
Ingin rasanya gue bilang, "What the hell do you know about me?! You never even give a damn about me for 18 years and all of the sudden you dare to say a thing like that?! Geez! Get outta here!"
Lebaran 2008 ini tidak semenyenangkan dulu.
Atau...mungkin lebaran-lebaran kemarin pun tidak menyenangkan hanya saja gue baru menyadarinya...?
Hari terus berlanjut dan gue terus senyam-senyum menerima banyak SMS dari orang-orang yang tidak ada contact sama gue selama setahun ke belakang (atau bahkan lebih) karena dalam SMS-nya mereka mengucapkan "maaf lahir batin".
Dan otak gue terus mempertanyakan basa-basi itu.
"Mohon maaf lahir batin" benar-benar efektif ketika lo mengucapkannya dari hati kepada orang yang benar-benar ada interaksi sama lo dan lo sadar lo bikin salah sama dia.
But afterall..... minta maaf tidak mesti pas lebaran doang. When you realize that you are wrong, apologize right away!
Jadi, sebetulnya, apa makna lebaran?
Take your time, silakan renungi, pikirkan dengan baik, dan semoga kalian bisa menemukan makna lebaran untuk diri kalian sendiri yang akan membuat lebaran kalian tahun depan terasa menyenangkan dan meaningful.
Gue baru menyadari bahwa gue, mungkin juga kalian dan beberapa orang lain, mulai kehilangan makna lebaran yang sesungguhnya.
Saling bermaafan pada saat lebaran hanya menjadi sebuah tradisi yang mendarah daging tanpa sesungguh-sungguhnya dimaknai.
"Minal aidin wal faidzin" terasa seperti kaset rusak yang terus diputar setahun sekali.
I don't find the point of "maaf lahir batin" anymore.
Itu cuma...basa-basi.
Basa-basi yang lama-lama terasa benar-benar basi.
Sebetulnya ini adalah pemikiran gue di hari pertama lebaran.
Dan ini semua dimulai di pagi hari, sesudah sholat Id.
Basically, gue adalah tipe orang yg tidak bergaul dengan tetangga-tetangga.
I barely know their names. I only recognize faces.
And all of the sudden, hanya karena lebaran, mesti maaf-maafan sama mereka?
I don't see them everyday. I don't even see them even once in a month.
I never participated in everything;17-an, tahun baru, arisan, you name it!
Tidak pernah ada komunikasi antara gue dengan tetangga-tetangga.
Untuk apa minta maaf?
Mereka tidak bikin salah apapun sama gue, apa yang harus dimaafkan?
Gue tidak bikin salah apapun sama mereka, kenapa gue harus minta maaf?
Ketika tidak tercipta suatu interaksi atau komunikasi apapun, mana mungkin ada kesalahan tercipta?
In addition, gue capek setiap tahun cuma denger kalimat-kalimat yang sama, yang lama-lama mulai terdengar seperti kaset rusak.
"Ya ampun, Valeska tinggi banget.."
"Valeska jadi model aja..."
and blahblahblah
Capek deh. Dari sekian tahun lalu juga ngomongnya itu terus. Persis kayak kaset rusak.
And oh by the way, lebaran 2008 ini ada pertanyaan baru,
"Valeska kuliah dimana?"
Dan gue bisa dengan bangga bilang "Hukum UI."
I wonder if I'll hear that kind of question for lebaran next year..
Because by the time people ask me that kind of question again, it's just way too late.
Ada satu hal lagi yang bikin gue agak pissed off.
Seseorang bertanya, "Ambil jurusan apa?"
Lalu gue menjawab, "Hukum."
Dan dia merespon, "Tumben ambil hukum."
Otak gue kembali mencerna kata-katanya.
"Tumben ambil hukum."
Ingin rasanya saat itu gue teriak, "WTF?!"
Ingin rasanya gue bilang, "What the hell do you know about me?! You never even give a damn about me for 18 years and all of the sudden you dare to say a thing like that?! Geez! Get outta here!"
Lebaran 2008 ini tidak semenyenangkan dulu.
Atau...mungkin lebaran-lebaran kemarin pun tidak menyenangkan hanya saja gue baru menyadarinya...?
Hari terus berlanjut dan gue terus senyam-senyum menerima banyak SMS dari orang-orang yang tidak ada contact sama gue selama setahun ke belakang (atau bahkan lebih) karena dalam SMS-nya mereka mengucapkan "maaf lahir batin".
Dan otak gue terus mempertanyakan basa-basi itu.
"Mohon maaf lahir batin" benar-benar efektif ketika lo mengucapkannya dari hati kepada orang yang benar-benar ada interaksi sama lo dan lo sadar lo bikin salah sama dia.
But afterall..... minta maaf tidak mesti pas lebaran doang. When you realize that you are wrong, apologize right away!
Jadi, sebetulnya, apa makna lebaran?
Take your time, silakan renungi, pikirkan dengan baik, dan semoga kalian bisa menemukan makna lebaran untuk diri kalian sendiri yang akan membuat lebaran kalian tahun depan terasa menyenangkan dan meaningful.
Monday, October 27, 2008
Love Is Never About Math
Terkadang, tanpa kita sadari, kita suka berhitung dengan pacar kita.
Tanpa kita sadari, kerap kali kita bilang "kenapa sih mesti aku terus yang nelfon kamu? kenapa aku terus yang mesti bolak-balik isi pulsa tiap bulan buat nelfon kamu?" yang akan berlanjut ke "kenapa aku terus yang begini? kenapa aku terus yang begitu? kenapa aku terus yang blablabla?"
Kita terus menghitung, menghitung, dan menghitung.
Padahal, love is never about math.
Padahal, kita bisa cukup dengan sopan bilang "gantian telfon aku dong..."
Instead of saying "aku tuh udah ngurus ini itu, aku capek tau ngga! aku terus yang begini! aku terus yang begitu! aku terus yang blablabla" kita cukup utarakan keinginan kita dengan sopan, "pacar, gantian doongg.. kamu yang urus yaa.. hehe.."
Atau mungkin banyak orang yang menahan diri untuk ngga SMS atau ngga telfon pacarnya duluan karena ingin di-contact duluan sama pacarnya.
Atau mungkin ada juga orang yang menahan diri ngga nge-contact pacarnya dengan perhitungan "ah tadi gue udah nelfon dia jam 1... berarti logisnya gue telfon dia 6 jam lagi.."
Sekali lagi, love is never about math.
Cinta itu masalah rasa. Jadi, ngga usah pake itung-itungan.
Jangan pernah berhitung dengan pacar karena ketika sudah mulai berhitung dengan pacar, semuanya jadi terasa useless dan ngga ikhlas.
Well, ngga cuma sama pacar sih, tetapi sama temen juga, terutama orang tua.
Adalah gila ketika lo bilang "ma, aku capek deh mesti ngabarin mama terus tiap aku pergi".
Emangnya lo pernah denger nyokap lo bilang "aku capek deh mesti sayang sama kamu dari kamu lahir" ke lo?
Ngga kan?
So, get the point?
Tanpa kita sadari, kerap kali kita bilang "kenapa sih mesti aku terus yang nelfon kamu? kenapa aku terus yang mesti bolak-balik isi pulsa tiap bulan buat nelfon kamu?" yang akan berlanjut ke "kenapa aku terus yang begini? kenapa aku terus yang begitu? kenapa aku terus yang blablabla?"
Kita terus menghitung, menghitung, dan menghitung.
Padahal, love is never about math.
Padahal, kita bisa cukup dengan sopan bilang "gantian telfon aku dong..."
Instead of saying "aku tuh udah ngurus ini itu, aku capek tau ngga! aku terus yang begini! aku terus yang begitu! aku terus yang blablabla" kita cukup utarakan keinginan kita dengan sopan, "pacar, gantian doongg.. kamu yang urus yaa.. hehe.."
Atau mungkin banyak orang yang menahan diri untuk ngga SMS atau ngga telfon pacarnya duluan karena ingin di-contact duluan sama pacarnya.
Atau mungkin ada juga orang yang menahan diri ngga nge-contact pacarnya dengan perhitungan "ah tadi gue udah nelfon dia jam 1... berarti logisnya gue telfon dia 6 jam lagi.."
Sekali lagi, love is never about math.
Cinta itu masalah rasa. Jadi, ngga usah pake itung-itungan.
Jangan pernah berhitung dengan pacar karena ketika sudah mulai berhitung dengan pacar, semuanya jadi terasa useless dan ngga ikhlas.
Well, ngga cuma sama pacar sih, tetapi sama temen juga, terutama orang tua.
Adalah gila ketika lo bilang "ma, aku capek deh mesti ngabarin mama terus tiap aku pergi".
Emangnya lo pernah denger nyokap lo bilang "aku capek deh mesti sayang sama kamu dari kamu lahir" ke lo?
Ngga kan?
So, get the point?
Wednesday, October 22, 2008
Redefining "Best Friend"
Gue heran heran salut sama orang yang bisa punya banyak sahabat.
Kenapa?
Karena, dengan lo punya banyak sahabat, berarti lo bisa percaya pada banyak orang.
Ketika kita berteman dekat dengan seseorang, yang namanya trust adalah hal pertama yang dibutuhkan.
Bukan, bukan trust yang majalah buat bapak-bapak itu. Trust disini maksudnya adalah rasa saling percaya.
Sulit untuk bisa mempercayai orang sepenuhnya pada masa-masa sekarang ini, dimana loyalitas cukup dipertanyakan karena kebanyakan orang sekarang hidup dengan pola SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Gue heran heran salut sama orang yang bisa punya banyak sahabat. Let's say seseorang yang punya geng beranggotakan 20 orang dan dia bilang bahwa semuanya adalah sahabatnya, could it be?
I mean, dalam satu geng pun juga ngga semuanya bisa akrab banget gtu. Pasti yang deket banget cuma sekitar 1-3 orang.
Ketika seseorang bisa bilang bahwa dia punya lusinan sahabat, is he/she telling the truth or just faking it? Atau..akar permasalahannya adalah, dia ngga ngerti definisi sahabat yang sebenarnya?
Terkadang gue berpikir, untuk apa menggembor-gemborkan punya banyak sahabat ketika in reality lo tetap harus menangis sendirian di kamar? Apa fungsi sahabat pada saat itu? Bukankah sahabat adalah tempat berbagi?
Gue pribadi memiliki beberapa istilah khusus dalam kehidupan sosial gue.
Yang berperan menjadi kasta sudra adalah para kenalan.
Di atasnya ada temen-temen biasa.
Di atasnya lagi ada good friends.
Di atasnya lagi ada close friends.
Dan yang nomor satu adalah best friends.
Pola yang terbentuk adalah segitiga.
Semakin ke atas, semakin menyempit.
Semakin ke atas, semakin dikit orangnya.
Jujur, gue punya sahabat cuma sedikit. Sahabat gue cuma 5 orang; laki gue yang multifungsi itu, trus 1 cewe, 1 cowo, 1 tengkorak, 1 lagi doraemon. But despite the fact that they're all I have, I'm amazingly happy.
Gue menulis ini bukan karena gue ngiri sama yang punya sahabat banyak. Noooo, sama sekali ngga. I don't find the point for being jealous karena gue sudah bahagia dengan 5 makhluk sableng itu. Gue menulis ini hanya untuk mengungkapkan opini gue dan...well, mungkin menyadarkan apakah sahabat lo benar-benar sahabat atau mungkin kasta yang sesungguhnya cuma good friends?
"The Word Best Friend Become Redefined" as Chiodos says.
Kenapa?
Karena, dengan lo punya banyak sahabat, berarti lo bisa percaya pada banyak orang.
Ketika kita berteman dekat dengan seseorang, yang namanya trust adalah hal pertama yang dibutuhkan.
Bukan, bukan trust yang majalah buat bapak-bapak itu. Trust disini maksudnya adalah rasa saling percaya.
Sulit untuk bisa mempercayai orang sepenuhnya pada masa-masa sekarang ini, dimana loyalitas cukup dipertanyakan karena kebanyakan orang sekarang hidup dengan pola SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Gue heran heran salut sama orang yang bisa punya banyak sahabat. Let's say seseorang yang punya geng beranggotakan 20 orang dan dia bilang bahwa semuanya adalah sahabatnya, could it be?
I mean, dalam satu geng pun juga ngga semuanya bisa akrab banget gtu. Pasti yang deket banget cuma sekitar 1-3 orang.
Ketika seseorang bisa bilang bahwa dia punya lusinan sahabat, is he/she telling the truth or just faking it? Atau..akar permasalahannya adalah, dia ngga ngerti definisi sahabat yang sebenarnya?
Terkadang gue berpikir, untuk apa menggembor-gemborkan punya banyak sahabat ketika in reality lo tetap harus menangis sendirian di kamar? Apa fungsi sahabat pada saat itu? Bukankah sahabat adalah tempat berbagi?
Gue pribadi memiliki beberapa istilah khusus dalam kehidupan sosial gue.
Yang berperan menjadi kasta sudra adalah para kenalan.
Di atasnya ada temen-temen biasa.
Di atasnya lagi ada good friends.
Di atasnya lagi ada close friends.
Dan yang nomor satu adalah best friends.
Pola yang terbentuk adalah segitiga.
Semakin ke atas, semakin menyempit.
Semakin ke atas, semakin dikit orangnya.
Jujur, gue punya sahabat cuma sedikit. Sahabat gue cuma 5 orang; laki gue yang multifungsi itu, trus 1 cewe, 1 cowo, 1 tengkorak, 1 lagi doraemon. But despite the fact that they're all I have, I'm amazingly happy.
Gue menulis ini bukan karena gue ngiri sama yang punya sahabat banyak. Noooo, sama sekali ngga. I don't find the point for being jealous karena gue sudah bahagia dengan 5 makhluk sableng itu. Gue menulis ini hanya untuk mengungkapkan opini gue dan...well, mungkin menyadarkan apakah sahabat lo benar-benar sahabat atau mungkin kasta yang sesungguhnya cuma good friends?
"The Word Best Friend Become Redefined" as Chiodos says.
Monday, October 20, 2008
Buat yang Belum Nikah, Baca Ini Dulu..
Beberapa malam lalu, gue dengerin siarannya Iweth Ramadhan di HardRock FM. Iweth Ramadhan cerita tentang sebuah acara di KBS World yang dia tonton (which later I pressumed the show as Screening Humanity) ketika siaran dan..cukup menggugah hati.
Jadi gini ceritanya, alkisah di Korea tinggal sepasang suami istri bersama anak mereka yang masih balita. Si istri adalah working woman, sedangkan suaminya adalah bapak rumah tangga.
Yes, bapak rumah tangga. So, the husband does all the house holds.
Setiap paginya, si suami membuatkan istrinya sarapan, lalu membawa anaknya ikut senam untuk balita, kemudian mengajak anaknya jalan-jalan di taman. Sepulangnya ke rumah, suami berhati emas ini masak makan malam untuk istri dan anak tercintanya.
Begitu terus rutinitasnya setiap hari.
Pada suatu hari, sebelum si istri berangkat kerja, suaminya berpesan agar si istri ngga pulang larut malam karena dia ada acara dan dia pengen istrinya jaga anaknya selama dia pergi. Gantian gitu loh, maksudnya. Eh, apa dikata, si istri kurang ajar, dia pulang telat, menyebabkan si suami telat ke acaranya itu. Marah lah si suami.
Si suami akhirnya tetep pergi ke acaranya itu, walaupun telat. Surprisingly, si istri kelabakan ngurus anaknya di rumah selama suaminya pergi. She doesn't understand how to take care of her OWN baby. Can you believe it?!
Jadi, sepanjang suaminya pergi, the wife kept calling her husband, karena dia ngga tau cara ganti popok, dia ngga tau ini, dia ngga tau itu, and you know what, dia marah-marah aja loh bo sama suaminya karena suaminya pake acara pergi malem segala...
It's soooooo unethical!
Bener-bener ngga sopan... Gue dengernya sampe sebel sendiri..
Suami yang hatinya seluas-luas lapangan bola itu akhirnya pulang dalam keadaan membawa semangka karena dia tau bahwa semangka adalah buah kesukaan istrinya..
Coba diruntut ulang.
Istrinya pulang malem, bikin dia telat pergi, selama dia pergi terus-terusan ditanyain soal urusan anak, istrinya marah-marah ngga jelas, dan dia tetep being nice ke istrinya.
Nah, apa saja yang bisa kita petik dari cerita tersebut?
Satu.
Dalam kehidupan berumah tangga, harus ada toleransi antara suami dan istri. Yang namanya ngurus anak itu harus ganti-gantian, ngga boleh hanya satu orang saja. Anak kan tercipta dari proses yang melibatkan dua orang, jadi yang ngurus ya harus dua orang juga dong.
Dua.
Wahai para wanita, jika kelak lo akan menjadi seorang working woman, ngga berarti lo ngga tau cara ganti popok anak lo, meninabobokan anak lo, dan menggendong anak. Itu anak lo, bukan anak pembantu. Jadi, anak tetep harus jadi prioritas nomor satu. Pekerjaan bukan alasan lo untuk menjadi bodoh dalam hal mengurus anak.
Tiga.
Poin kedua berlaku kepada kaum lelaki juga (kalau nanti lo kerja, lo harus tetep bisa ngurus anak). Di Indonesia, kebanyakan lelaki tentunya mencari nafkah. Jarang ada lelaki yang mau mengurus rumah tangga seperti cerita di atas. But hey! Kalau lo memang mau menjadi bapak rumah tangga, it's okay loh!
Gue boleh sedikit numpang pengakuan dosa ngga?
Jujur ya, pada saat gue denger Iweth Ramadhan cerita bagian si suami berhati mulia itu ngebawa anaknya yang lagi lucu-lucunya pergi untuk ikut senam balita, gue terharuuuuuu bangeet.. Karena gue ngebayanginnya it must be so cute as hell because what he does to his child is just so sweet..
Semoga gue, dan kalian yang baca postingan ini, mendapatkan pasangan hidup yang baik sehingga bisa saling melengkapi satu sama lain.
Amin.
:)
Jadi gini ceritanya, alkisah di Korea tinggal sepasang suami istri bersama anak mereka yang masih balita. Si istri adalah working woman, sedangkan suaminya adalah bapak rumah tangga.
Yes, bapak rumah tangga. So, the husband does all the house holds.
Setiap paginya, si suami membuatkan istrinya sarapan, lalu membawa anaknya ikut senam untuk balita, kemudian mengajak anaknya jalan-jalan di taman. Sepulangnya ke rumah, suami berhati emas ini masak makan malam untuk istri dan anak tercintanya.
Begitu terus rutinitasnya setiap hari.
Pada suatu hari, sebelum si istri berangkat kerja, suaminya berpesan agar si istri ngga pulang larut malam karena dia ada acara dan dia pengen istrinya jaga anaknya selama dia pergi. Gantian gitu loh, maksudnya. Eh, apa dikata, si istri kurang ajar, dia pulang telat, menyebabkan si suami telat ke acaranya itu. Marah lah si suami.
Si suami akhirnya tetep pergi ke acaranya itu, walaupun telat. Surprisingly, si istri kelabakan ngurus anaknya di rumah selama suaminya pergi. She doesn't understand how to take care of her OWN baby. Can you believe it?!
Jadi, sepanjang suaminya pergi, the wife kept calling her husband, karena dia ngga tau cara ganti popok, dia ngga tau ini, dia ngga tau itu, and you know what, dia marah-marah aja loh bo sama suaminya karena suaminya pake acara pergi malem segala...
It's soooooo unethical!
Bener-bener ngga sopan... Gue dengernya sampe sebel sendiri..
Suami yang hatinya seluas-luas lapangan bola itu akhirnya pulang dalam keadaan membawa semangka karena dia tau bahwa semangka adalah buah kesukaan istrinya..
Coba diruntut ulang.
Istrinya pulang malem, bikin dia telat pergi, selama dia pergi terus-terusan ditanyain soal urusan anak, istrinya marah-marah ngga jelas, dan dia tetep being nice ke istrinya.
Nah, apa saja yang bisa kita petik dari cerita tersebut?
Satu.
Dalam kehidupan berumah tangga, harus ada toleransi antara suami dan istri. Yang namanya ngurus anak itu harus ganti-gantian, ngga boleh hanya satu orang saja. Anak kan tercipta dari proses yang melibatkan dua orang, jadi yang ngurus ya harus dua orang juga dong.
Dua.
Wahai para wanita, jika kelak lo akan menjadi seorang working woman, ngga berarti lo ngga tau cara ganti popok anak lo, meninabobokan anak lo, dan menggendong anak. Itu anak lo, bukan anak pembantu. Jadi, anak tetep harus jadi prioritas nomor satu. Pekerjaan bukan alasan lo untuk menjadi bodoh dalam hal mengurus anak.
Tiga.
Poin kedua berlaku kepada kaum lelaki juga (kalau nanti lo kerja, lo harus tetep bisa ngurus anak). Di Indonesia, kebanyakan lelaki tentunya mencari nafkah. Jarang ada lelaki yang mau mengurus rumah tangga seperti cerita di atas. But hey! Kalau lo memang mau menjadi bapak rumah tangga, it's okay loh!
Gue boleh sedikit numpang pengakuan dosa ngga?
Jujur ya, pada saat gue denger Iweth Ramadhan cerita bagian si suami berhati mulia itu ngebawa anaknya yang lagi lucu-lucunya pergi untuk ikut senam balita, gue terharuuuuuu bangeet.. Karena gue ngebayanginnya it must be so cute as hell because what he does to his child is just so sweet..
Semoga gue, dan kalian yang baca postingan ini, mendapatkan pasangan hidup yang baik sehingga bisa saling melengkapi satu sama lain.
Amin.
:)
Thursday, October 16, 2008
Budaya Antre : Haruskah Kita Berkaca Pada Binatang?
Kemarin siang, gue pergi ke BEJ.
Prosedur standar gedung perkantoran demi stabilitas keamanan adalah pengecekan tas dan kartu identitas.
Nah, tadi gue mengantre untuk menyerahkan KTP gue ke satpam yang bertugas.
Mendadak gue diserobot oleh dua wanita berjilbab.
Hmm..
I was feeling a little pissed off, actually. Kalau gue lagi gila sih, bisa gue colek terus gue sinisin dan...selanjutnya terserah imajinasi anda :D
Berhubung kemarin gue not in the mood, jadi yaaa gue diemin aja.
Teringat ketika gue masih SMA, gue pernah bersama gerombolan sirkus pergi ke sebuah mall untuk nonton Spiderman (if I'm not mistaken). At that time, Spiderman was one of the most happening movie. Tepatlah dugaan gue bahwa bioskop bakal rame kayak cendol. Gue dan gerombolan sirkus gue keukeuh mau antre untuk nonton hari itu juga. Well, namanya juga anak SMA, lagi rame-rame kayak gtu kan pasti heboh. We were having fun despite the fact that we had to queue for a pretty long time. But all of the sudden, seorang bapak-bapak cari sulit dengan gue dan gerombolan sirkus.
Ketika gue dan gerombolan sirkus hampir mencapai loket, seorang bapak-bapak dari belakang kita menyeruak dan langsung memesan tiket. Refleks, gue dan gerombolan sirkus teriak "WOY, PAK! APA-APAAN NIH!" dan dia seolah-olah budek dan tetap melakukan transaksi.
Begonya, yang jaga loket tetap melayani, bukannya nyuruh dia untuk antre.
Setelah sekian puluh detik ngomel-ngomel ngga ada juntrungannya karena si bapak ngga tau adat ini masih ngga mau ngalah, akhirnya gue dan gerombolan sirkus gue mengeluarkan suatu statement penuh anger yang cukup menusuk,
"MALU GUE KLO PUNYA BAPAK KAYAK LO !!! "
Segitu hilangnya kah budaya antre dari kehidupan kita?
Pernah ngga sih manusia ngerasa malu ngeliat semut-semut atau bebek-bebek yang kalau jalan rapiiiiiii banget?
Haruskah kita berkaca pada binatang?
Yang bener yang mana sih, binatang berkeprimanusiaan atau manusia berkepribinatangan?
Prosedur standar gedung perkantoran demi stabilitas keamanan adalah pengecekan tas dan kartu identitas.
Nah, tadi gue mengantre untuk menyerahkan KTP gue ke satpam yang bertugas.
Mendadak gue diserobot oleh dua wanita berjilbab.
Hmm..
I was feeling a little pissed off, actually. Kalau gue lagi gila sih, bisa gue colek terus gue sinisin dan...selanjutnya terserah imajinasi anda :D
Berhubung kemarin gue not in the mood, jadi yaaa gue diemin aja.
Teringat ketika gue masih SMA, gue pernah bersama gerombolan sirkus pergi ke sebuah mall untuk nonton Spiderman (if I'm not mistaken). At that time, Spiderman was one of the most happening movie. Tepatlah dugaan gue bahwa bioskop bakal rame kayak cendol. Gue dan gerombolan sirkus gue keukeuh mau antre untuk nonton hari itu juga. Well, namanya juga anak SMA, lagi rame-rame kayak gtu kan pasti heboh. We were having fun despite the fact that we had to queue for a pretty long time. But all of the sudden, seorang bapak-bapak cari sulit dengan gue dan gerombolan sirkus.
Ketika gue dan gerombolan sirkus hampir mencapai loket, seorang bapak-bapak dari belakang kita menyeruak dan langsung memesan tiket. Refleks, gue dan gerombolan sirkus teriak "WOY, PAK! APA-APAAN NIH!" dan dia seolah-olah budek dan tetap melakukan transaksi.
Begonya, yang jaga loket tetap melayani, bukannya nyuruh dia untuk antre.
Setelah sekian puluh detik ngomel-ngomel ngga ada juntrungannya karena si bapak ngga tau adat ini masih ngga mau ngalah, akhirnya gue dan gerombolan sirkus gue mengeluarkan suatu statement penuh anger yang cukup menusuk,
"MALU GUE KLO PUNYA BAPAK KAYAK LO !!! "
Segitu hilangnya kah budaya antre dari kehidupan kita?
Pernah ngga sih manusia ngerasa malu ngeliat semut-semut atau bebek-bebek yang kalau jalan rapiiiiiii banget?
Haruskah kita berkaca pada binatang?
Yang bener yang mana sih, binatang berkeprimanusiaan atau manusia berkepribinatangan?
Wednesday, October 15, 2008
Terima Kasih Berarti Terima=Kasih
Postingan gue kali ini masih berkaitan dengan postingan gue yang sebelumnya (Bersyukur).
Seperti yang telah gue kemukakan bahwa kita harus selalu bersyukur atas segala yang kita terima dalam hidup ini.
Nah, sesudah menerima, kita harus memberi.
Ingat, kita kerap kali mengucapkan 'terima kasih'. Jangan hanya mengucapkan, tetapi kita juga harus mempraktikkan konsep 'terima kasih' dalam kehidupan kita.
TERIMA KASIH.
TERIMA.
KASIH.
Jika kita sudah menerima, kita harus segera mengasih.
Ini sudah merupakan sebuah siklus.
Mungkin lo bingung, memberi apa? Kepada siapa?
Apa yang diberi adalah masalah nomor seribu, itu gampang ko. Masalah nomor satunya adalah kepada siapa kita memberi.
Lakukan kegiatan memberi kepada the poor and the needy. Bisa anak-anak jalanan, anak-anak panti asuhan, anak-anak panti tuna grahita, atau yang lain. As a simple start, mulailah bersedekah. Sisihkan sedikit uang jajan lo untuk bersedekah. Atau kalau mau praktis, konsep sisihkan 2,5% dari penghasilan yang diterapkan oleh agama Islam juga bisa dipakai. You do the math, but I believe the 2,5% means something.
Memberi tidak harus selalu dengan uang. Kita juga bisa memberi makanan, buku-buku pelajaran, atau pakaian. Makanya, buat yang sekarang udah kelas 6 SD, 3 SMP, dan kelas 3 SMA, pada saat lulus nanti, ngga usah pake acara coret-coretan baju. KAMPUNGAN! Hanya alay yang berkelakuan seperti itu. Lebih baik seragam kalian disumbangkan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Mereka akan sangat menghargai pemberian kalian.
Satu hal yang ingin gue tekankan, JANGAN PERNAH TAKUT MENJADI MISKIN HANYA DENGAN MEMBERI. Jangan berpikiran sesempit itu. Intinya sih JANGAN PELIT. Apa yang lo punya pun sebetulnya bukan punya lo seutuhnya, tidak akan menjadi milik lo selamanya. Dengan lo memberi, lo tidak akan menjadi miskin. In fact, lo malah semakin kaya. Hati lo akan menjadi semakin kaya.
Ketika kita memberi, kita melemparkan suatu energi positif ke alam semesta. Energi positif itu akan kembali kepada kita, dalam wujud keinginan kita. Itulah siklus 'terima kasih'.
Kita menuai apa yang kita tanam. Jika kita menanam kebiasaan yang baik, kita akan menuai hal yang baik pula.
As Justin Timberlake says, "what comes around, goes around..."
Seperti yang telah gue kemukakan bahwa kita harus selalu bersyukur atas segala yang kita terima dalam hidup ini.
Nah, sesudah menerima, kita harus memberi.
Ingat, kita kerap kali mengucapkan 'terima kasih'. Jangan hanya mengucapkan, tetapi kita juga harus mempraktikkan konsep 'terima kasih' dalam kehidupan kita.
TERIMA KASIH.
TERIMA.
KASIH.
Jika kita sudah menerima, kita harus segera mengasih.
Ini sudah merupakan sebuah siklus.
Mungkin lo bingung, memberi apa? Kepada siapa?
Apa yang diberi adalah masalah nomor seribu, itu gampang ko. Masalah nomor satunya adalah kepada siapa kita memberi.
Lakukan kegiatan memberi kepada the poor and the needy. Bisa anak-anak jalanan, anak-anak panti asuhan, anak-anak panti tuna grahita, atau yang lain. As a simple start, mulailah bersedekah. Sisihkan sedikit uang jajan lo untuk bersedekah. Atau kalau mau praktis, konsep sisihkan 2,5% dari penghasilan yang diterapkan oleh agama Islam juga bisa dipakai. You do the math, but I believe the 2,5% means something.
Memberi tidak harus selalu dengan uang. Kita juga bisa memberi makanan, buku-buku pelajaran, atau pakaian. Makanya, buat yang sekarang udah kelas 6 SD, 3 SMP, dan kelas 3 SMA, pada saat lulus nanti, ngga usah pake acara coret-coretan baju. KAMPUNGAN! Hanya alay yang berkelakuan seperti itu. Lebih baik seragam kalian disumbangkan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Mereka akan sangat menghargai pemberian kalian.
Satu hal yang ingin gue tekankan, JANGAN PERNAH TAKUT MENJADI MISKIN HANYA DENGAN MEMBERI. Jangan berpikiran sesempit itu. Intinya sih JANGAN PELIT. Apa yang lo punya pun sebetulnya bukan punya lo seutuhnya, tidak akan menjadi milik lo selamanya. Dengan lo memberi, lo tidak akan menjadi miskin. In fact, lo malah semakin kaya. Hati lo akan menjadi semakin kaya.
Ketika kita memberi, kita melemparkan suatu energi positif ke alam semesta. Energi positif itu akan kembali kepada kita, dalam wujud keinginan kita. Itulah siklus 'terima kasih'.
Kita menuai apa yang kita tanam. Jika kita menanam kebiasaan yang baik, kita akan menuai hal yang baik pula.
As Justin Timberlake says, "what comes around, goes around..."
Tuesday, October 14, 2008
Bersyukur
Teman-teman,
berapa banyak dari kalian yang sudah lupa sama hal yang namanya BERSYUKUR?
Sadarkah bahwa kita, manusia, most of the time melihat ke 'atas' bukan ke 'bawah'?
Maksudnya begini, kita selalu melihat ke orang-orang yang hidupnya lebih berkecukupan daripada kita. Jarang sekali kita mau melihat orang-orang yang hidupnya lebih kekurangan daripada kita. Hal ini dapat memicu kita untuk tidak bersyukur karena kita tidak pernah puas dengan apa yang kita punya.
Mungkin lo iri dengan teman lo yang mampu merayakan ulang tahunnya di Grand Hyatt sedangkan lo merayakan ulang tahun lo hanya sekedar makan-makan di Izzi Pizza.
Mungkin lo iri karena tas teman lo merk-nya Coach sementara tas lo merk-nya Rusty.
Mungkin lo iri karena teman lo mengoleksi footwear keluaran Top Shop sementara lo hanya sanggup beli Vincci.
Coba deh, dipikir lagi..
Berapa banyak anak jalanan yang sering tidak makan dalam satu hari?
Bahkan mungkin mereka sudah lupa hari ulang tahunnya karena yang ada di pikirannya hanya "gmana caranya gue bisa bertahan hidup dan ngelewatin hari ini".
Berapa banyak anak yang tas sekolahnya sudah tidak bisa dibilang layak karena bolong sana-sini tetapi orang tua mereka tidak mampu membelikan tas baru?
Berapa banyak anak yang sepatunya sudah jebol dan tetap memaksakan sepatunya dipakai karena mereka tidak punya sepatu lagi?
Untuk ilustrasi sepatu, gue rasa film Children Of Heaven adalah contoh yang appropriate.
Jangan selalu melihat ke 'atas', lihatlah ke 'bawah', maka lo akan selalu ingat untuk bersyukur.
Alhamdulillah, masih bisa makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup.
Alhamdulillah, masih punya tas yang bisa menampung dompet, parfum, dan peralatan tempur lainnya.
Alhamdulillah, masih punya sepatu untuk dipakai walaupun sepatu favorit sedang dicuci.
Bersyukurlah atas segala sesuatu. Mulai dari hal-hal kecil saja.
Big things come from small things. So, let's start with the small things!
Jangan lupa untuk bersyukur atas kelengkapan fisik kita.
Alhamdulillah, masih punya telinga untuk mendengarkan suara adik yang lucu.
Alhamdulillah, masih punya kaki untuk main futsal lawan fakultas tetangga.
Alhamdulillah, masih punya mata untuk baca blog ini ;)
berapa banyak dari kalian yang sudah lupa sama hal yang namanya BERSYUKUR?
Sadarkah bahwa kita, manusia, most of the time melihat ke 'atas' bukan ke 'bawah'?
Maksudnya begini, kita selalu melihat ke orang-orang yang hidupnya lebih berkecukupan daripada kita. Jarang sekali kita mau melihat orang-orang yang hidupnya lebih kekurangan daripada kita. Hal ini dapat memicu kita untuk tidak bersyukur karena kita tidak pernah puas dengan apa yang kita punya.
Mungkin lo iri dengan teman lo yang mampu merayakan ulang tahunnya di Grand Hyatt sedangkan lo merayakan ulang tahun lo hanya sekedar makan-makan di Izzi Pizza.
Mungkin lo iri karena tas teman lo merk-nya Coach sementara tas lo merk-nya Rusty.
Mungkin lo iri karena teman lo mengoleksi footwear keluaran Top Shop sementara lo hanya sanggup beli Vincci.
Coba deh, dipikir lagi..
Berapa banyak anak jalanan yang sering tidak makan dalam satu hari?
Bahkan mungkin mereka sudah lupa hari ulang tahunnya karena yang ada di pikirannya hanya "gmana caranya gue bisa bertahan hidup dan ngelewatin hari ini".
Berapa banyak anak yang tas sekolahnya sudah tidak bisa dibilang layak karena bolong sana-sini tetapi orang tua mereka tidak mampu membelikan tas baru?
Berapa banyak anak yang sepatunya sudah jebol dan tetap memaksakan sepatunya dipakai karena mereka tidak punya sepatu lagi?
Untuk ilustrasi sepatu, gue rasa film Children Of Heaven adalah contoh yang appropriate.
Jangan selalu melihat ke 'atas', lihatlah ke 'bawah', maka lo akan selalu ingat untuk bersyukur.
Alhamdulillah, masih bisa makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup.
Alhamdulillah, masih punya tas yang bisa menampung dompet, parfum, dan peralatan tempur lainnya.
Alhamdulillah, masih punya sepatu untuk dipakai walaupun sepatu favorit sedang dicuci.
Bersyukurlah atas segala sesuatu. Mulai dari hal-hal kecil saja.
Big things come from small things. So, let's start with the small things!
Jangan lupa untuk bersyukur atas kelengkapan fisik kita.
Alhamdulillah, masih punya telinga untuk mendengarkan suara adik yang lucu.
Alhamdulillah, masih punya kaki untuk main futsal lawan fakultas tetangga.
Alhamdulillah, masih punya mata untuk baca blog ini ;)
Rasisme : UDAH NGGA JAMAN !!!
I hate racism.
A LOT!
Di Indonesia, perlakuan yang berbau rasis banyak dialami oleh etnis keturunan Tionghoa. Sadarkah kalian bahwa hanya dengan ledekan "cina lu" itu sudah merupakan suatu bentuk perlakuan rasis?
Gue KESEL BANGET sama orang-orang yang rasis, khususnya yang rasis dengan etnis keturunan Tionghoa. Temen gue banyak yang merupakan etnis keturunan Tionghoa and there's nothing wrong with them at all. I repeat, THERE'S NOTHING WRONG WITH THEM AT ALL.
There's nothing wrong them, why do you have to be racist?
THINK!
USE YOUR BRAIN!
Coba ya, para pribumi rasis yang sok tau, baca blog ini dan berpikirlah!
Apa alasan lo bersikap rasis terhadap satu etnis tertentu? Ada alasan logisnya?
Lo tuh cuma pada sirik sama etnis keturunan Tionghoa karena rata-rata dari mereka hidupnya berkecukupan!
BACA YA, mereka bisa hidup serba berkecukupan karena MEREKA RAJIN DAN ULET BERUSAHA! Kalau lo MAU dan PUNYA NIAT untuk rajin dan ulet, lo pasti bisa hidup berkecukupan dan sukses seperti mereka!
Mind you, ATLET BULUTANGKIS YANG BERHASIL MENGANGKAT NAMA INDONESIA KEBANYAKAN MERUPAKAN ETNIS KETURUNAN TIONGHOA!
Untuk teman-teman yang mungkin agak merasa minder karena sering mendapat perlakuan rasis, baca ya, NGGA USAH MALU! NGGA USAH MINDER! In fact, BERBANGGALAH! As I've mentioned before, ATLET BULUTANGKIS YANG BERHASIL MENGANGKAT NAMA INDONESIA KEBANYAKAN MERUPAKAN ETNIS KETURUNAN TIONGHOA! Tidak tertutup kemungkinan dong bahwa kalian adalah generasi berikutnya yang akan mengangkat nama Indonesia ke kancah dunia? Dan mungkin bukan hanya dalam bidang olahraga, tetapi juga dalam bidang lainnya.
Kita ini BHINNEKA TUNGGAL IKA. UNITY IN DIVERSITY.
Perbedaan bukan untuk dipermasalahkan!
Rasis udah ga jaman! Lo kira lo idup di jaman kompeni?
STOP RACISM FROM NOW ON !!!!
A LOT!
Di Indonesia, perlakuan yang berbau rasis banyak dialami oleh etnis keturunan Tionghoa. Sadarkah kalian bahwa hanya dengan ledekan "cina lu" itu sudah merupakan suatu bentuk perlakuan rasis?
Gue KESEL BANGET sama orang-orang yang rasis, khususnya yang rasis dengan etnis keturunan Tionghoa. Temen gue banyak yang merupakan etnis keturunan Tionghoa and there's nothing wrong with them at all. I repeat, THERE'S NOTHING WRONG WITH THEM AT ALL.
There's nothing wrong them, why do you have to be racist?
THINK!
USE YOUR BRAIN!
Coba ya, para pribumi rasis yang sok tau, baca blog ini dan berpikirlah!
Apa alasan lo bersikap rasis terhadap satu etnis tertentu? Ada alasan logisnya?
Lo tuh cuma pada sirik sama etnis keturunan Tionghoa karena rata-rata dari mereka hidupnya berkecukupan!
BACA YA, mereka bisa hidup serba berkecukupan karena MEREKA RAJIN DAN ULET BERUSAHA! Kalau lo MAU dan PUNYA NIAT untuk rajin dan ulet, lo pasti bisa hidup berkecukupan dan sukses seperti mereka!
Mind you, ATLET BULUTANGKIS YANG BERHASIL MENGANGKAT NAMA INDONESIA KEBANYAKAN MERUPAKAN ETNIS KETURUNAN TIONGHOA!
Untuk teman-teman yang mungkin agak merasa minder karena sering mendapat perlakuan rasis, baca ya, NGGA USAH MALU! NGGA USAH MINDER! In fact, BERBANGGALAH! As I've mentioned before, ATLET BULUTANGKIS YANG BERHASIL MENGANGKAT NAMA INDONESIA KEBANYAKAN MERUPAKAN ETNIS KETURUNAN TIONGHOA! Tidak tertutup kemungkinan dong bahwa kalian adalah generasi berikutnya yang akan mengangkat nama Indonesia ke kancah dunia? Dan mungkin bukan hanya dalam bidang olahraga, tetapi juga dalam bidang lainnya.
Kita ini BHINNEKA TUNGGAL IKA. UNITY IN DIVERSITY.
Perbedaan bukan untuk dipermasalahkan!
Rasis udah ga jaman! Lo kira lo idup di jaman kompeni?
STOP RACISM FROM NOW ON !!!!
World Peace : A Dream (That Has To) Come True
Read this!
http://www.thesun.co.uk/discussions/posts/list/MUSLIM_DOLL_PREACHES__ISLAM_IS_THE_LIGHT_~33~~33~_-109847.page
Read it slowly, from page to page, from the first page until the last page.
By reading from page to page, I can conclude that Islam is being hated by many people in the western countries because of the terrorism that has been done by many Islamic organizations. In this discussion, many people show their hatred about Islam. They say bad things about Islam. And it makes me sad. Not because Islam is my religion and I feel offended. No. What I'm concern is the fact that we live in the world filled with hatred.
I used to get dogmatized that other religions are bad while Islam is the right one. It happened when I was in elementary school. At that time, I was confused. I felt sad. To me, it's not a good thing to say bad things about other religion. I was always taught to have some respects to people who hold beliefs which different with mine. I was taught to be tolerant. And I get all that not only from my parents, but also from one of the subject that I learn in school, Kewarganegaraan/Civic.
So, during the Civic lesson, they taught me to be tolerant with people who hold beliefs which are different with mine but on the other hand, during Religion lesson, they said bad things about other religions.
It's sad to see the world we live in is filled with hatred.
I believe that everyone was taught to be tolerant and respect each other while they were kids.
The question is, why do people change when they grow up? Why do they hate each other? Where's the tolerance and respect that has been taught?
It seems that the tolerance and respect thing is just a bullshit.
Why can't we respect each other? Why can't we stop saying bad things to each other? Why can't we tolerate people who has different belief with us? WHY CAN'T WE LIVE IN PEACE?
What's the point of saying bad things about other people?
NOTHING!
So, everyone, please, SPREAD PEACE THROUGH ALL OVER THE WORLD...
LET'S RESPECT EACH OTHER!
I remember the movie Miss Congeniality. In that movie, all the contestants of the beauty pageant said that they want WORLD PEACE.
so, LET'S MAKE IT REAL.
I believe if we live in the world filled with peace and love, everything will be so much better.
GIVE PEACE A CHANCE.
http://www.thesun.co.uk/discussions/posts/list/MUSLIM_DOLL_PREACHES__ISLAM_IS_THE_LIGHT_~33~~33~_-109847.page
Read it slowly, from page to page, from the first page until the last page.
By reading from page to page, I can conclude that Islam is being hated by many people in the western countries because of the terrorism that has been done by many Islamic organizations. In this discussion, many people show their hatred about Islam. They say bad things about Islam. And it makes me sad. Not because Islam is my religion and I feel offended. No. What I'm concern is the fact that we live in the world filled with hatred.
I used to get dogmatized that other religions are bad while Islam is the right one. It happened when I was in elementary school. At that time, I was confused. I felt sad. To me, it's not a good thing to say bad things about other religion. I was always taught to have some respects to people who hold beliefs which different with mine. I was taught to be tolerant. And I get all that not only from my parents, but also from one of the subject that I learn in school, Kewarganegaraan/Civic.
So, during the Civic lesson, they taught me to be tolerant with people who hold beliefs which are different with mine but on the other hand, during Religion lesson, they said bad things about other religions.
It's sad to see the world we live in is filled with hatred.
I believe that everyone was taught to be tolerant and respect each other while they were kids.
The question is, why do people change when they grow up? Why do they hate each other? Where's the tolerance and respect that has been taught?
It seems that the tolerance and respect thing is just a bullshit.
Why can't we respect each other? Why can't we stop saying bad things to each other? Why can't we tolerate people who has different belief with us? WHY CAN'T WE LIVE IN PEACE?
What's the point of saying bad things about other people?
NOTHING!
So, everyone, please, SPREAD PEACE THROUGH ALL OVER THE WORLD...
LET'S RESPECT EACH OTHER!
I remember the movie Miss Congeniality. In that movie, all the contestants of the beauty pageant said that they want WORLD PEACE.
so, LET'S MAKE IT REAL.
I believe if we live in the world filled with peace and love, everything will be so much better.
GIVE PEACE A CHANCE.
Malam Anggoro Kasih : Sebuah Pencerahan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerja sama dengan Himpunan Penganut Kepercayaan (HPK) setiap Selasa kliwon rutin menggelar Malam Anggoro Kasih. Format acaranya berupa seminar dengan beberapa pembicara dan pastinya seorang moderator.
Itu dulu.
Semalam, tepatnya 13 Oktober 2008, Malam Anggoro Kasih diadakan di gedung Pangeran Samber Nyawa yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah dengan beberapa ketentuan khusus.
Pertama, pembicara hanya ada satu, yaitu Bapak Haris Suhyar dari yayasan Sirnagalih.
(untuk tahu lebih banyak tentang Sirnagalih, silakan lihat http://www.sirnagalih.org)
Kedua, tidak ada moderator (logis ya, secara pembicaranya tunggal).
Last night was the first time for me to attend such an event.
And..
somehow I feel like I'm feeling the impact right now.
Good impact, of course.
Memangnya membahas apa sih?
Well, sarasehan semalam membahas tentang Sangkan Paraning Dumadi (asal muasal dan tujuan akhir hidup manusia). Penjelasannya dijabarkan melalui sebuah short movie yang sederhana dan mudah ditangkap bahkan oleh orang awam sekalipun (orang awam disini means orang yang tidak mendalami dunia spiritual ya).
Berhubung I'm feeling pretty lazy to type the details, please see the details about the event here :
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/10/14/06530445/kepemimpinan.indonesia.harus.berdasarkan.
or
http://www.suaramerdeka.com/beta1/index.php?fuseaction=news.detailNews&id_news=15394
Anywaaayyy..intinya sih kita harus menjalankan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, menjadi manusia yang sebaik-baiknya, melakukan tindakan-tindakan yang mulia (and the easiest example is Mother Theresa), pokoknya melakukan yang baik-baik aja lah..
Mendadak hari ini gue kesambet untuk memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda dari biasanya. Gue seolah-olah baru tersadar bahwa ini planet masalahnya banyak bener. Mulai dari masalah ekonomi, iklim, pangan, kebutuhan energi, dan yang paling krusial (menurut gue) adalah masalah sosial.
Gue selama ini cuma peduli sama masalah iklim dan langkah yang gue lakukan pun baru menertibkan pembuangan sampah. Di luar itu, gue belum berbuat banyak.
Gue disadarkan seperti ini, dibuka matanya seperti ini, pasti ada maksudnya.
I have to do something.
Something that can make a difference.
Something that can change the world.
Something that can make life feels better.
Gue pun sempat bertanya-tanya, "ada angin apa gue jadi berpikir seperti ini???" karena sejujurnya I never thought that there would come a day when I think like this.
And I never thought that the day would be today.
Mungkin acara semalam menginspirasi gue, in a way that I can't explain in words.
Because it's just....
wordless.
Itu dulu.
Semalam, tepatnya 13 Oktober 2008, Malam Anggoro Kasih diadakan di gedung Pangeran Samber Nyawa yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah dengan beberapa ketentuan khusus.
Pertama, pembicara hanya ada satu, yaitu Bapak Haris Suhyar dari yayasan Sirnagalih.
(untuk tahu lebih banyak tentang Sirnagalih, silakan lihat http://www.sirnagalih.org)
Kedua, tidak ada moderator (logis ya, secara pembicaranya tunggal).
Last night was the first time for me to attend such an event.
And..
somehow I feel like I'm feeling the impact right now.
Good impact, of course.
Memangnya membahas apa sih?
Well, sarasehan semalam membahas tentang Sangkan Paraning Dumadi (asal muasal dan tujuan akhir hidup manusia). Penjelasannya dijabarkan melalui sebuah short movie yang sederhana dan mudah ditangkap bahkan oleh orang awam sekalipun (orang awam disini means orang yang tidak mendalami dunia spiritual ya).
Berhubung I'm feeling pretty lazy to type the details, please see the details about the event here :
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/10/14/06530445/kepemimpinan.indonesia.harus.berdasarkan.
or
http://www.suaramerdeka.com/beta1/index.php?fuseaction=news.detailNews&id_news=15394
Anywaaayyy..intinya sih kita harus menjalankan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, menjadi manusia yang sebaik-baiknya, melakukan tindakan-tindakan yang mulia (and the easiest example is Mother Theresa), pokoknya melakukan yang baik-baik aja lah..
Mendadak hari ini gue kesambet untuk memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda dari biasanya. Gue seolah-olah baru tersadar bahwa ini planet masalahnya banyak bener. Mulai dari masalah ekonomi, iklim, pangan, kebutuhan energi, dan yang paling krusial (menurut gue) adalah masalah sosial.
Gue selama ini cuma peduli sama masalah iklim dan langkah yang gue lakukan pun baru menertibkan pembuangan sampah. Di luar itu, gue belum berbuat banyak.
Gue disadarkan seperti ini, dibuka matanya seperti ini, pasti ada maksudnya.
I have to do something.
Something that can make a difference.
Something that can change the world.
Something that can make life feels better.
Gue pun sempat bertanya-tanya, "ada angin apa gue jadi berpikir seperti ini???" karena sejujurnya I never thought that there would come a day when I think like this.
And I never thought that the day would be today.
Mungkin acara semalam menginspirasi gue, in a way that I can't explain in words.
Because it's just....
wordless.
Subscribe to:
Posts (Atom)