Nyokap gue selalu menekankan pada gue bahwa kelak, sesudah gue selesai kuliah, gue harus bekerja. Despite the fact bahwa gue akan dihidupi oleh suami gue, gue tetap harus berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Dan kasus di bawah ini menjadi alasan yang sangat logis why women has to work, despite the fact that the husband works too.
Alkisah there was a woman named X yang baru ditinggal mati suaminya yang bunuh diri. Musibah yang menimpa X bukan cuma ditinggal mati suaminya. Mari kita lihat options di bawah ini.
Paket A : suami mati bunuh diri+cicilan rumah belum lunas
Paket B : suami mati bunuh diri+utang kartu kredit menggunung
Paket C : suami mati bunuh diri+tidak ada pekerjaan+tabungan tinggal US$72
Paket D : suami mati bunuh diri+tidak ada asuransi
Paket E : Paket combo A+B+C+D
Manakah jawaban yang benar?
Tepat, paket E.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa X ditinggal mati suaminya bunuh diri dalam keadaan cicilan rumah belum lunas, utang kartu kredit menggunung, tidak punya pekerjaan, tabungan tinggal US$72, dan tidak ada asuransi.
This is hell, for real.
Oh ya, gue lupa menambahkan bahwa X ini punya 4 anak.
Mungkin lo semua bingung, kenapa X bisa segini menderitanya?
Jadi gini, suami X ini adalah seorang yang abusive. X tidak di-abuse secara fisik sih, tetapi lebih ke mental. He kept saying that his wife is stupid, he kept saying that whatever she does is wrong, pokoknya suaminya si X selalu merendahkan X seolah-olah X bener-bener tolol, ngga punya otak, dan tidak capable dalam hal apapun. Akibatnya adalah X tidak bekerja dan tidak punya hak atas uang atau apapun selama mereka menikah.
Ketika suaminya X sadar bahwa dirinya terlilit utang, dia stress, dan akhirnya bunuh diri. Dia sudah memperhitungkan segala sesuatunya untuk membuat X menderita, yaitu dengan memutus asuransi ngga lama sebelum dia bunuh diri sehingga X ngga akan dapat tunjangan apapun setelah dia bunuh diri nanti.
Gila ngga tuh?
Jadilah X orang paling miserable se-dunia (versi gue).
Nah, apa yang bisa kita petik dari kasus ini?
Wahai para wanita, kalian harus independent. Jangan sepenuhnya bergantung pada suami. Ok, memang suami lo adalah kepala keluarga, pencari nafkah yang utama, tetapi tidak berarti lo harus menggantungkan segala sesuatu pada suami lo. Lo juga harus bisa mandiri.
Ingat, berdikari! Berdiri di atas kaki sendiri.
And remember, lo juga punya hak atas harta dalam perkawinan.
Andaikan X tetap bekerja dan bisa mempertahankan hak-hak yang memang sudah seharusnya dia punya, pasti dia ngga akan se-suffer ini ketika suaminya mati bunuh diri. Andaikan dia tetap bekerja, pasti dia punya tabungan sendiri dan penghasilan sendiri yang bisa dia pakai untuk membiayai hidupnya dan hidup anak-anaknya yang masih pada bocah itu.
This is based on true story, by the way.
So, ladies, please learn from this woman so you won't make the same mistake like she did.
Wahai para lelaki, gue tidak bermaksud merendahkan kalian atau menganggap remeh kalian. Tidak sama sekali. Gue hanya ingin berbagi dan mungkin sedikit mengingatkan, tolong hargai istri kalian juga. Jangan pernah meng-abuse istri kalian. Gue yakin, jika kalian bisa respect terhadap ibu kalian, kalian juga bisa respect istri kalian.
Berbagilah tentang cerita ini kepada teman-teman kalian agar mereka dapat memetik hikmah dari cerita ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
13 comments:
val,misalnya kalo wanita tetep kerja...ntr malah jadi seperti pasangan dari korea itu gmn? yg pernah lw ceritain di blog lw yg judulnya "Buat yang Belum Nikah, Baca Ini Dulu.."
ntr malah wanitanya ga bisa ngurus anak,trs kalo wanita mw tetep kerja dan juga bisa ngurus anak gmn val?
Pada waktu jaman ekonomi normal (jaman penjajahan belanda). Seorang pegawai negeri bisa menghidupi seorang istri yang tidak bekerja dan 12 orang anak dan meskipun begitu gajinya masih cukup untuk 40 hari. Jadi meskipun mereka foya-foya selama sebulan, mereka masih bisa menabung.
apa si suaminya ngelarang si X kerja makanya dia ga kerja? ngga ya? hehe sotoy gt gw
wah tulisannya kritis" banget nih.
saya suka, btw salam kenal.
dapet link ini dari haqi :)
Hi Valeska
Di berbagai negara, termasuk di negeri kita ini, masih banyak cerita sedih kita dengar. Wanita atau istri diperlakukan tidak manusiawi oleh suami atau kaum lelaki. mereka dilecehkan. Martabat mereka direndahkan. Pada hal wanita atau istri adalah pemilik rahim kehidupan. Jadi, ini tugas kita bersama untuk menyadarkan kaum lelaki supaya menempatkan wanita dan istrinya sebagai manusia yang bermartabat...salam kenal.
@Agil
di postingan gue yg "Buat yang Belum Nikah........" gue pun telah menyarankan bahwa alangkah baiknya bisa membagi waktu dengan baik antara karir dan keluarga. gue percaya bahwa jaman sekarang juga banyak contoh wanita karir yg tetep bisa mengurus keluarganya dengan baik. contoh paling real buat gue sih nyokap gue dan tante gue hehe. sebenernya itu kembali ke diri masing-masing, time-management-nya beres atau ngga? itu aja
@mampir doank
saya baca blog anda dan terperangah. pengetahuan ekonomi anda luas sekali hehe. kebetulan saya bukan anak ekonomi. but anyway, thanks udah mampir dan memberikan komentar :)
@dhila
wah gue lupa dhil haha. maaf ya
@pepito
terima kasih pepito :) salam kenal juga yaaa :)
boleh saya link blog anda?
@sahala napitulu
I agree with you, abso-bloody-lutely. thank you for appreciating my blog :) salam kenal jugaa :))
iya juga val,bnyk wanita karir yg bs ngurus keluarganya.nyokap gw juga gtu.hehe.thx val,great post.
wah itu cerita pasti dr OPrah!!
daku juga liat...n setuju bgt...betapapun kayanya suami JANGAN PERNAH GA KERJA!!
yah, pendapat gw sama kayak agil. tapi kalau solusinya harus bisa bagi waktu ya.. mo gimana lagi :)
nice post gan :0
yeapp gue setuju banget.
sayangnya si onyet melarang gue untuk kerja kalo kita nikah.
dia tipe suami konservatif.
jeng jeng jeng jeng... :(
val, kok ngga ada follow sih?gue nge follow nya gimana?lo follow gue yaaaa?
Mampir, sista.
Ehm, so, you are inspiring independence, now? :D
Setuju. Manusia akan dan sedang giat-giatnya menambahkan apa yang kurang, ya :)
Yang dependen, menyeimbangkan dirinya dengan independensi. Mandiri, walau tidak sampai anti-sosial; Yang sosial, menyeimbangkan dirinya dengan solitari, agar tidak mati walaupun tidak ketemu geng-nya satu harian.
Well, we're taking ourself (and helping others) to reach the higher level, higher consciousness.
Good job, people of earth!
Ah, ya, gw juga lupa nambahin satu:
androginitas.
Post a Comment