Thursday, October 30, 2008

Memaknai Lebaran

Lebaran tahun ini terasa berbeda bagi gue jika dibandingkan dengan lebaran-lebaran sebelumnya.
Gue baru menyadari bahwa gue, mungkin juga kalian dan beberapa orang lain, mulai kehilangan makna lebaran yang sesungguhnya.
Saling bermaafan pada saat lebaran hanya menjadi sebuah tradisi yang mendarah daging tanpa sesungguh-sungguhnya dimaknai.
"Minal aidin wal faidzin" terasa seperti kaset rusak yang terus diputar setahun sekali.

I don't find the point of "maaf lahir batin" anymore.
Itu cuma...basa-basi.
Basa-basi yang lama-lama terasa benar-benar basi.

Sebetulnya ini adalah pemikiran gue di hari pertama lebaran.
Dan ini semua dimulai di pagi hari, sesudah sholat Id.

Basically, gue adalah tipe orang yg tidak bergaul dengan tetangga-tetangga.
I barely know their names. I only recognize faces.
And all of the sudden, hanya karena lebaran, mesti maaf-maafan sama mereka?

I don't see them everyday. I don't even see them even once in a month.
I never participated in everything;17-an, tahun baru, arisan, you name it!
Tidak pernah ada komunikasi antara gue dengan tetangga-tetangga.
Untuk apa minta maaf?
Mereka tidak bikin salah apapun sama gue, apa yang harus dimaafkan?
Gue tidak bikin salah apapun sama mereka, kenapa gue harus minta maaf?
Ketika tidak tercipta suatu interaksi atau komunikasi apapun, mana mungkin ada kesalahan tercipta?

In addition, gue capek setiap tahun cuma denger kalimat-kalimat yang sama, yang lama-lama mulai terdengar seperti kaset rusak.
"Ya ampun, Valeska tinggi banget.."
"Valeska jadi model aja..."
and blahblahblah

Capek deh. Dari sekian tahun lalu juga ngomongnya itu terus. Persis kayak kaset rusak.

And oh by the way, lebaran 2008 ini ada pertanyaan baru,
"Valeska kuliah dimana?"
Dan gue bisa dengan bangga bilang "Hukum UI."

I wonder if I'll hear that kind of question for lebaran next year..
Because by the time people ask me that kind of question again, it's just way too late.

Ada satu hal lagi yang bikin gue agak pissed off.
Seseorang bertanya, "Ambil jurusan apa?"
Lalu gue menjawab, "Hukum."
Dan dia merespon, "Tumben ambil hukum."

Otak gue kembali mencerna kata-katanya.
"Tumben ambil hukum."
Ingin rasanya saat itu gue teriak, "WTF?!"
Ingin rasanya gue bilang, "What the hell do you know about me?! You never even give a damn about me for 18 years and all of the sudden you dare to say a thing like that?! Geez! Get outta here!"

Lebaran 2008 ini tidak semenyenangkan dulu.
Atau...mungkin lebaran-lebaran kemarin pun tidak menyenangkan hanya saja gue baru menyadarinya...?

Hari terus berlanjut dan gue terus senyam-senyum menerima banyak SMS dari orang-orang yang tidak ada contact sama gue selama setahun ke belakang (atau bahkan lebih) karena dalam SMS-nya mereka mengucapkan "maaf lahir batin".
Dan otak gue terus mempertanyakan basa-basi itu.

"Mohon maaf lahir batin" benar-benar efektif ketika lo mengucapkannya dari hati kepada orang yang benar-benar ada interaksi sama lo dan lo sadar lo bikin salah sama dia.

But afterall..... minta maaf tidak mesti pas lebaran doang. When you realize that you are wrong, apologize right away!

Jadi, sebetulnya, apa makna lebaran?

Take your time, silakan renungi, pikirkan dengan baik, dan semoga kalian bisa menemukan makna lebaran untuk diri kalian sendiri yang akan membuat lebaran kalian tahun depan terasa menyenangkan dan meaningful.

5 comments:

Anonymous said...

kalo gua biasanya cm sms orang yg sblumnya udah nge sms gue duluan val, hahaa yaa setidaknya mereka patut buat dihargai dgn kita membalasnya. tapi iya gue stuju kata lo bkl lbh baik minta maaf sm org yg bnr2 selalu berinteraksi sm kita

Anonymous said...

tahun ini lebaran gue dipenuhi dengan jualan dan ajang pamer

oom gue memamerkan anaknya
bokap gue memamerkan gue
gue cuma diam, menahan kesal

kenapa silaturahmi setahun sekali harus diisi dengan ajang MEMBANGGAKAN DIRI? oalah.

dan ya, mohon maaf lahir dan batin terdengar seperti kalimat yang tidak lagi memiliki makna. cuma di mulut saja, tanpa ada makna yang mendalam akan kalimat tersebut

btw, kira-kira tahun depan pertanyaan yang akan dilontarkan apa Val? :p

Valeska said...

@mayang
iya sih. itu juga udah menjadi sebuah tradisi, ngebales yg udah SMS kita duluan hehe

@beha
TEPAT! silaturahmi kerap kali diisi pamer yang mana sebetulnya jarang terjadi di keluarga nyokap gue sih. karena kita sering ngumpul bareng dan...ngga pernah ada intention untuk pamer. selalu cuma sekedar cerita aja heheheh.

pertanyaan taun depan? well, Idk but I hope bukan "kapan kawin?"

sadar ngga sih bahwa kita hidup di dunia penuh pertanyaan dan semua itu kayak lingkaran setan karena pertanyaan ngga pernah berhenti. setelah ditanya "kapan slese kuliah?" lo akan ditanya "kapan kerja?" udahannya "kapan nikah?" udah nikah pun akan ditanya "kapan punya anak?" gtu aja terus. ngga pernah selese. lingkaran setan.

*oooopps jadi melenceng ke hal lain :P

Anonymous said...

kalo menurut gue karna lebaran kita jadi berhubungan lagi sama orang yang udah lama ga contact.menyambung tali silaturahim. contohnya karena kalima ajaib "haapy ied maaf lahir batin" gue bisa berhubungan sama reno yang mana pada waktu itu kita diemdieman bertahun tahun. dan tentang tetangga lo karna ada momen maafmaafan itu lo jadi bisa berinteraksi kan dengan tetangga lo, jadi bisa bikin koneksi lagi kan. yaa kalo menurut gue sih sebelum memaknai maaf-maafan kita seharusnya berfikir positif dulu tentang hal tersebut ;) *shera*

Anonymous said...

beh...sama, bener2 sama kayak gw lo val...
tiap lebaran gw gitu2 ajah...
pertanyaan dari sesepuh dan sanak saudara ke gw : "wah, oby udah tinggian yah, udah ganteng, udah perjaka," shit!!!
padahal inget bgt gw sampe dua tahun yang lalu mereka semua ngucapin dialog yang sama kayak gitu...